ULANDA.ID — Aktivitas tambang emas yang beroperasi hanya beberapa meter di belakang SD Negeri 04 Buntulia, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, memicu kekhawatiran. Sekolah yang berada di Desa Hulawa itu kini menghadapi masalah serius, mulai dari polusi debu, kekeringan air, hingga terganggunya konsentrasi belajar siswa.
Kepala SDN 04 Buntulia, Lukman Daud, mengatakan gangguan mulai terasa sejak aktivitas pertambangan meningkat dalam sebulan terakhir.
“Debu beterbangan hampir setiap hari. Sumur kami kering total, dan siswa terganggu karena lalu-lalang kendaraan berat milik perusahaan tambang,” ujar Lukman kepada wartawan, Selasa (5/8/2025).
Menurut Lukman, suara bising dan hilir-mudik kendaraan tambang membuat siswa kesulitan fokus saat belajar. Ia juga mengungkapkan bahwa sumur gali, yang selama ini menjadi sumber air bersih utama di sekolah, kini tidak lagi mengalir.
“Selama bertahun-tahun, air sumur tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau. Tapi sejak tambang aktif, semuanya berubah. Air benar-benar tidak keluar lagi,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa kebutuhan dasar seperti air bersih sangat penting untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar, termasuk sanitasi bagi siswa dan guru.
Pihak perusahaan tambang, Pani Gold Project (PGP), telah menjalankan sejumlah program tanggung jawab sosial (CSR) seperti pembagian makanan bergizi untuk siswa dan distribusi air bersih. Namun, pihak sekolah menilai hal tersebut belum menyelesaikan persoalan pokok, yaitu debu dan kekeringan.
“Kami khawatir dampak debu ini bisa mengganggu kesehatan siswa. Air juga masih menjadi kendala utama di sekolah,” jelas Lukman.
Menanggapi keluhan tersebut, pihak PGP menyatakan bahwa perusahaan telah melakukan berbagai langkah untuk meredam dampak tambang terhadap lingkungan sekitar, termasuk sekolah.
Perwakilan PGP, Kurniawan, menjelaskan bahwa distribusi air bersih rutin dilakukan menggunakan mobil tangki dan tandon.
“Kami terus menyalurkan air ke warga terdampak, termasuk pihak sekolah. Komunikasi dengan kepala sekolah juga berjalan baik,” ujarnya.
Terkait polusi debu dan suara, Kurniawan memastikan bahwa tim perusahaan telah mengunjungi lokasi untuk berdialog langsung dengan pihak sekolah.
“Kami hadir langsung ke SDN 04 Buntulia untuk melihat situasi dan mencari solusi bersama,” katanya.
Kurniawan juga membantah isu yang menyebut perusahaan akan mengambil alih lahan sekolah.
“Tidak ada rencana untuk mengambil alih lahan SDN 04 Buntulia. Fokus kami adalah mendukung keberlangsungan pendidikan,” tegasnya.
Sejumlah pihak berharap agar aktivitas industri di sekitar kawasan pendidikan tidak mengorbankan hak anak untuk belajar dalam lingkungan yang aman, bersih, dan sehat. Pihak sekolah dan masyarakat berharap pemerintah daerah serta instansi terkait dapat mengambil langkah tegas.