ULANDA.ID – Indonesia berhasil menempati posisi sebagai salah satu destinasi wisata internasional paling terjangkau bagi wisatawan asal Amerika Serikat pada 2025. Berdasarkan hasil studi yang dirilis perusahaan perdagangan keuangan The Forex Complex, biaya liburan harian di Tanah Air rata-rata hanya mencapai US$70,23 atau sekitar Rp1,1 juta.
Laporan tersebut menilai Indonesia mampu menawarkan pengalaman wisata beragam dengan harga yang relatif rendah. Namun, inflasi nasional sebesar 1,95 persen menjadi faktor yang tetap memengaruhi kenaikan harga barang dan jasa secara perlahan.
Thailand Tetap di Puncak Destinasi Termurah
Selain Indonesia, Thailand juga masuk dalam daftar destinasi murah dunia. Negeri Gajah Putih ini mencatat rata-rata pengeluaran harian wisatawan sebesar US$81,87 atau setara Rp1,3 juta. Meski begitu, pelemahan nilai tukar baht terhadap dolar Amerika membuat harga di Thailand cenderung lebih terjangkau bagi turis mancanegara.
Studi The Forex Complex mengevaluasi 19 destinasi internasional dengan mempertimbangkan tiga faktor utama: Biaya harian rata-rata perjalanan dalam dolar AS, Tingkat inflasi lokal di tiap negara, serta Perubahan nilai tukar mata uang destinasi terhadap dolar AS dari tahun ke tahun.
Penghitungan biaya harian meliputi pengeluaran untuk akomodasi, transportasi, hingga harga makanan di berbagai kota wisata utama.
Islandia Jadi Destinasi Termahal
Di sisi lain, Islandia dinobatkan sebagai negara dengan biaya liburan tertinggi di dunia, dengan rata-rata pengeluaran mencapai US$400 atau sekitar Rp6,4 juta per hari. Inflasi di negara tersebut mencapai 5,5 persen, sehingga tarif hotel, makanan, dan transportasi meningkat signifikan.
“Perubahan kurs mata uang dapat memengaruhi biaya perjalanan secara besar, bahkan di negara dengan harga lokal yang stabil,” kata juru bicara The Forex Complex.
Australia dan Meksiko Ikut Masuk Daftar Termahal
Australia menempati posisi kedua destinasi termahal, dengan rata-rata pengeluaran harian wisatawan sekitar US$280 atau Rp4,5 juta. Meski tingkat inflasi di Negeri Kanguru hanya 2,4 persen, harga akomodasi dan kebutuhan wisata lainnya tetap tinggi.
Sementara itu, Meksiko berada di urutan ketiga. Penguatan mata uang peso terhadap dolar sebesar 6,4 persen membuat biaya liburan di negara tersebut lebih mahal bagi turis Amerika, meskipun selama ini Meksiko dikenal sebagai tujuan ramah anggaran.
