ULANDA.ID – Harga beras yang terus melonjak di berbagai daerah, termasuk Gorontalo, mendorong pemerintah mempercepat distribusi beras Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui Perum Bulog. Upaya ini ditujukan untuk menjaga ketersediaan pangan sekaligus menekan lonjakan harga di pasaran.
Meski demikian, sejumlah warga di Gorontalo mengeluhkan kualitas beras SPHP yang beredar. Mereka menilai beras tersebut tidak konsisten, bahkan ada yang dinilai kurang layak konsumsi.
“Beras SPHP tidak merata, kadang bagus, kadang juga seperti tak layak konsumsi,” kata Asni, pemilik warung makan di Gorontalo, Jumat (26/9/2025).
Ia mengungkapkan, beras SPHP yang diperolehnya sering menghasilkan nasi keras, tidak pulen, bahkan cenderung berbau. “Biasanya saat jadi nasi, bijinya kering dan terpisah, sehingga tidak enak dimakan,” ujarnya.
Asni menduga beras SPHP yang dipasarkan di Gorontalo merupakan stok lama yang dipak ulang sehingga kualitasnya menurun. “Mungkin itu beras lama, karena saat dimasak banyak masalahnya,” tambahnya.
Meski dijual dengan harga lebih murah dibandingkan beras komersial, Asni berharap Bulog tetap memperhatikan kualitas sebelum disalurkan ke masyarakat. “Kami tahu beras mahal dan SPHP harganya terjangkau, tapi jangan sampai kualitasnya dikorbankan,” tegasnya.
Program SPHP diluncurkan pemerintah sebagai langkah strategis mengendalikan harga beras nasional. Perum Bulog menjadi penyalur utama beras SPHP ke berbagai daerah, termasuk Gorontalo, dengan tujuan memastikan masyarakat tetap mendapatkan beras terjangkau.
Warga berharap pemerintah bersama Bulog lebih selektif dalam menjaga kualitas beras SPHP agar program tersebut tidak hanya sekadar menekan harga, tetapi juga menjamin mutu pangan bagi masyarakat.