ULANDA.ID – Presiden Prabowo Subianto dijadwalkan menyampaikan pidato pada sesi Debat Umum Sidang Majelis Umum ke-80 Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), Selasa pukul 09.00 waktu setempat atau 20.00 WIB.
Berdasarkan jadwal resmi, Prabowo akan tampil sebagai pembicara ketiga, setelah Presiden AS Donald Trump. Sedangkan Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva membuka sesi, dan Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev menutup daftar dari 16 kepala negara yang dijadwalkan berpidato.
“Sidang Majelis Umum tahun ini menjadi momentum penting bagi Indonesia,” tulis Sekretariat Kabinet melalui unggahan di laman resminya, dikutip Selasa (22/9/2025). Indonesia disebut akan menegaskan perannya sebagai pemimpin Global South dengan menyuarakan reformasi tata kelola dunia yang lebih adil dan inklusif.
Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat menilai, kehadiran Prabowo sebagai momen strategis bagi diplomasi Indonesia. Sidang PBB tahun ini berlangsung pada 9–30 September 2025.
“Alhamdulillah beliau mendapat kesempatan sebagai pembicara ketiga. Berdasarkan undian, sebetulnya beliau menjadi pembicara pertama, karena secara tradisi Brasil dan AS selalu didahulukan sejak PBB berdiri,” kata Tri dalam keterangan pers di Jakarta pekan lalu.
Setiap kepala negara mendapat waktu 15 menit. Jika memasuki menit ke-12, lampu penanda akan berubah menjadi kuning, dan merah ketika melebihi menit ke-15.
Tri menyebut sejumlah isu global akan diangkat Prabowo, antara lain dinamika keamanan dunia, serangan di Qatar yang belum lama terjadi, serta konflik Palestina. Selain itu, Indonesia juga akan menekankan pentingnya reformasi sistem multilateral, peran negara-negara Global South, serta semangat Bandung sebagai landasan kerja sama internasional.
“Berbicara di Sidang Majelis Umum PBB adalah kesempatan penting untuk mendorong program-program dan isi Asta Cita Presiden Prabowo,” ujar Tri.
Delegasi Indonesia juga dijadwalkan menghadiri sejumlah pertemuan tematik di sela sidang, mencakup perubahan iklim, isu kemanusiaan, kesehatan mental, penghapusan senjata nuklir, pemberdayaan perempuan, serta dukungan terhadap Palestina.