Nasional

Ekonom Kritik Menkeu: Dana Rp200 T Hanya Tambah Pertumbuhan 0,1%

×

Ekonom Kritik Menkeu: Dana Rp200 T Hanya Tambah Pertumbuhan 0,1%

Sebarkan artikel ini
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Rabu (10/9/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi/Ulanda.id
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Rabu (10/9/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi/Ulanda.id

ULANDA.ID – Ekonom Ferry Latuhihin melontarkan kritik terhadap pernyataan Menteri Keuangan (Menkeu) RI Purbaya Yudhi Sadewa yang optimistis penempatan dana Rp200 triliun di enam bank Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) mampu mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 6 persen.

Ferry menilai keyakinan tersebut tidak realistis. Menurut hitungannya, tambahan dana itu tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional.

“Kalau lewat ICOR (Incremental Capital Output Ratio) yang 6,7, dana Rp200 triliun hanya menambah pertumbuhan sekitar 0,06 persen, sementara lewat credit growth sekitar 0,11 persen,” kata Ferry di Jakarta, Kamis (25/9).

Baca Juga :  Lagu Viral di Tradisi Pacu Jalur, Rapper AS Melly Mike Siap Tampil Langsung di Kuansing Agustus 2025

Ia menilai sikap Menkeu Purbaya terlalu percaya diri. Ferry bahkan menyebut, sekalipun ekonom dunia peraih Nobel Paul Robin Krugman yang menjabat sebagai menteri, kondisi ekonomi Indonesia tetap sulit dibenahi.

Baca Juga :  Petrokimia Gresik Raih Tujuh Penghargaan di UMKM Award 2025

“Bahkan Paul Krugman pun jika menjadi Menkeu tidak akan mampu membenahi persoalan ekonomi kita yang kompleks. Apalagi jika tidak memahami akar masalah ekonomi Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga :  27 Ribu Pegawai BUMN Diduga Terima Bansos, Kemensos Bergerak Blokir Rekening

Ferry menekankan bahwa persoalan utama ekonomi nasional tidak terletak pada kucuran dana semata, melainkan pada kondisi politik yang masih sarat praktik rent-seeking dan sistem patron-klien.

“Masalah utama justru ada pada politik yang penuh dengan kepentingan rent-seekers. Semua berlomba mencari keuntungan sendiri,” pungkasnya.

Example floating