TOJO UNA-UNA (ULANDA.ID) — Seorang anak kelas 5 SD di Desa Wakai, Kecamatan Una-Una, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, menangis karena keinginannya memiliki seragam sekolah tak kunjung terpenuhi. Anak tersebut, Galang Rawadang (12), hanya bisa mengenakan satu pasang seragam putih merah setiap harinya karena kondisi ekonomi keluarganya yang sangat memprihatinkan.
Sang ayah, Rikson Lawadang (51), mengaku tak mampu membelikan seragam baru karena telah mengalami kelumpuhan selama lebih dari dua tahun. Ia juga harus menjalani hidup sendiri setelah berpisah dengan istrinya sejak dua tahun lalu. Kedua anaknya kini hidup terpisah, di mana anak perempuan diasuh oleh orang lain karena keterbatasan sang ayah.
“Keinginan membeli baju seragam sekolah itu ada, tapi saya tidak punya uang. Sudah dua tahun saya lumpuh, istri juga sudah pisah. Anak perempuan dirawat orang, Galang tinggal sama saya,” ujar Rikson dengan nada lirih saat ditemui di rumahnya.
Pergi ke Sekolah Tanpa Seragam, Sering Dibully Teman
Galang Rawadang saat ini duduk di kelas 5 SDN 2 Wakai. Setiap hari ia pergi ke sekolah mengenakan seragam putih merah saja karena memang tidak memiliki seragam lain. Kondisi ini membuatnya kerap menjadi sasaran ejekan dari teman-teman sebayanya.
Meski demikian, semangat belajar Galang tidak pernah surut. Ia tetap pergi ke sekolah walau hanya mengenakan pakaian itu – itu saja. Untuk kebutuhan makan sehari-hari, Galang dan ayahnya hanya mengandalkan bantuan dari tetangga sekitar yang peduli.
Dulu Bekerja di Kapal, Kini Hanya Bisa Terbaring
Rikson mengaku sebelum jatuh sakit, ia bekerja di kapal penangkap ikan sebagai awak. Namun sejak mengalami gangguan kesehatan yang membuatnya lumpuh, ia tidak lagi mampu bekerja dan hanya bisa terbaring di rumah sederhana mereka di Desa Wakai.
“Dulu saya kerja di kapal. Tapi sekarang dua tahun lebih tidak bisa jalan. Cuma bisa lihat anak pergi sekolah dengan baju seadanya. Hati saya sedih,” tambahnya.
Harapan untuk Masa Depan Galang
Kisah Galang dan ayahnya mengetuk kepedulian masyarakat. Di tengah kondisi sulit, harapan sang anak untuk tetap bersekolah menjadi simbol keteguhan hati dan semangat yang luar biasa.
Beberapa warga Desa Wakai berharap ada perhatian dari pemerintah daerah, sekolah, maupun dermawan agar Galang bisa memiliki seragam sekolah dan kebutuhan pendidikan lainnya.
Mari Kita Buktikan, Bahwa Galang Tidak Sendiri
Kisah ini bukan hanya tentang Galang. Ini adalah potret nyata dari ribuan anak Indonesia di pelosok negeri yang haus akan pendidikan, tapi terhalang oleh kemiskinan. Mari kita bersatu, hadir untuk mereka.
Karena satu seragam baru, satu biaya sekolah, bisa menjadi jembatan antara putus asa dan harapan.
**Klik Channel WhatsApp Ulanda.id untuk membaca berita pilihan menarik lainnya langsung di ponselmu.