Adveristing
Example 325x300
Opini

Wajah Baru Ekonomi’ di Jalan Eks. Panjaitan dan Jalan Eks. Andalas Gorontalo

×

Wajah Baru Ekonomi’ di Jalan Eks. Panjaitan dan Jalan Eks. Andalas Gorontalo

Sebarkan artikel ini
Inkrianto Mahmud, S.E., M.M. – Ekonom Muda Gorontalo, Ketua IKA Jurusan Manajemen FEB UNG.(Fhoto:dok.Ulanda.id
Inkrianto Mahmud, S.E., M.M. – Ekonom Muda Gorontalo, Ketua IKA Jurusan Manajemen FEB UNG.(Fhoto:dok.Ulanda.id

Penulis: Inkrianto Mahmud, S.E., M.M. – Ekonom Muda Gorontalo, Ketua IKA Jurusan Manajemen FEB UNG

Mengangkat trotoar sebagai ruang ekonomi alternatif bagi masyarakat kecil Gorontalo. Trotoar di Jalan Nani Wartabone eks. Panjaitan dan Jalan Prof. Jhon Ario Katili atau eks. Andalas Gorontalo bukan hanya jalur pejalan kaki—ia telah menjelma menjadi “etalase ekonomi rakyat”.

Di atas aspal sempit itu, para pedagang kecil menjajakan racikan kopi, gorengan, hingga makanan jajanan murah meriah yang menjadi denyut kehidupan warga Kota Gorontalo. Fenomena ini membuktikan bahwa ekonomi informal tetap menjadi jalan keluar bagi masyarakat dalam menghadapi stagnasi lapangan kerja dan ketimpangan distribusi ekonomi.

Trotoar Ekonomi Gorontalo

Jika diulas lebih jauh tentang ekonomi kerakyatan, keberadaan pedagang kaki lima (PKL) di trotoar adalah bentuk survival entrepreneurship—konsep dalam teori ekonomi informal oleh Hernando de Soto, yang menyoroti bagaimana masyarakat miskin menciptakan sistem ekonomi alternatif ketika sistem formal gagal menjangkau mereka. Ia menyatakan begini, bahwa sektor informal muncul karena prosedur ekonomi formal terlalu birokratis dan tidak inklusif. Maka, PKL adalah pelaku rasional yang berusaha bertahan hidup di tengah arus ekonomi di Kota Gorontalo.

Baca Juga :  Dari Marhaen Gorontalo, Kami Bertolak: Dukungan Penuh untuk Kongres GMNI XXII di Bandung

Kondisi perdagangan yang baik di Kota Gorontalo dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah ini. Terutama dari segi pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Kondisi perdagangan di Kota Gorontalo menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada tahun 2023, ekonomi Kota Gorontalo tumbuh sebesar 4,52 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2022 yang mencapai 4,11 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kategori Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 10,43 persen.

Jika kita melihat Rancangan Awal (Ranwal) RPJMD Kota Gorontalo arah kebijakan pembangunan daerah tahun 2027 diarahkan pada kebijakan “Pengembangan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru yang Didukung oleh Transformasi Digital”, difokuskan pada fasilitasi transformasi digital melalui percepatan penerapan teknologi digital disektor ekonomi, termasuk penyediaan insentif dan dukungan bagi UKM, Wirausaha, dan Koperasi, serta pemetaan dan pengembangan kawasan atau cluster yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru. Ini menjadi kesempatan besar bagi pelaku usaha di Kota Gorontalo khusus UMKM-UMKM tersebut.

Baca Juga :  Tiga Tindakan Gubernur Gorontalo Berpotensi Langgar Hukum, Publik Desak Evaluasi

Di tengah dinamika pembangunan kota yang kadang lebih berpihak pada estetika daripada realita, trotoar sering kali hanya dipandang sebagai ruang pejalan kaki—sekadar jalur berpindah. Namun di banyak kota seperti Gorontalo, khususnya di sepanjang Jalan Nani Wartabone dan Jalan John Ario Katili, trotoar telah berevolusi menjadi nadi ekonomi rakyat, tempat di mana ribuan keluarga menggantungkan hidup apalagi kalangan mahasiswa yang berjualan.

Di atas bentangan aspal, gerobak-gerobak listrik dan bahkan meja sederhana, ratusan denyut ekonomi lokal berdetak dari tangan-tangan kecil: pedagang kaki lima yang menjual jajanan tersebut. Mereka bukan sekadar “pengganggu ketertiban”, mereka adalah wajah nyata dari ekonomi kerakyatan yang tangguh, yang bergerak cepat di luar jalur birokrasi yang lamban.

Ekonomi Tumbuh dari Bawah

Aktivitas ini selaras dengan teori Bottom-Up Economic Development: menekankan pentingnya mendukung pelaku usaha kecil sebagai pendorong ekonomi lokal yang tangguh dan adaptif. Dalam konteks Gorontalo, jualan trotoar menjadi mekanisme ekonomi yang lebih fleksibel dan cepat beradaptasi terhadap perubahan ekonomi mikro dibandingkan skema ekonomi formal.

Baca Juga :  Tiga Tindakan Gubernur Gorontalo Berpotensi Langgar Hukum, Publik Desak Evaluasi

Ketika investasi besar masih menunggu restu pusat, dan pembangunan kawasan ekonomi belum menjangkau semua warga, justru para pedagang di trotoar inilah yang menjadi pilar pertama penggerak ekonomi daerah. Mereka menciptakan lapangan kerja, menghidupkan arus barang, dan menjaga daya beli masyarakat di level terbawah.

Lebih dari sekadar bertahan, para pelaku ekonomi trotoar menunjukkan inovasi sosial—mereka saling menjaga, berjejaring, dan bahkan mendistribusikan produk UMKM lokal. Mereka adalah pelaku ekonomi yang berani, walau kadang dipinggirkan oleh sistem. Ketika pemerintah kota menata ulang strategi pembangunan, mestinya mereka tak lagi dianggap sebagai beban, tetapi sebagai mitra strategis pembangunan ekonomi rakyat.

Di tengah ketimpangan, ekonomi jalanan di trotoar justru berdiri kokoh sebagai tiang utama. Sebab di sanalah ekonomi tumbuh dari bawah, dari rakyat untuk rakyat, dan dari kota untuk kehidupan yang nyata.(**)

**Klik Channel WhatsApp Ulanda.id untuk membaca berita pilihan menarik lainnya langsung di ponselmu.

Example floating