ULANDA.ID — Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memberikan apresiasi atas kesuksesan film “Sore: Istri dari Masa Depan”, yang berhasil ditonton lebih dari 1,7 juta penonton di bioskop. Film drama romantis ini dinilai sebagai karya kreatif yang mampu menggugah emosi sekaligus memperkuat industri film nasional.
Cerita Film yang Dekat dengan Penonton
Wakil Menteri Parekraf, Irene Umar, menyebut film tersebut berhasil menyentuh hati banyak penonton melalui narasi yang kuat dan visual sinematik yang mendalam.
“Cerita ‘Sore’ sangat relevan dengan kehidupan banyak orang. Karakter, visual, dan kedalaman ceritanya dibangun dengan serius dan emosional,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Film “Sore: Istri dari Masa Depan” berkisah tentang Jonathan, pria muda yang dikejutkan oleh kehadiran seorang perempuan bernama Sore, yang mengaku datang dari masa depan sebagai istrinya. Perlahan, Jonathan mulai mempercayai hal-hal yang dikatakan Sore, termasuk tentang masa depan dan waktu kematiannya.
Dari Web Series ke Film Layar Lebar
Film ini merupakan pengembangan dari web series populer rilisan 2017, dengan konsep cerita yang sama, namun dikemas lebih dalam. Karakter utama perempuan, Sore, awalnya diperankan oleh Tika Bravani, kini digantikan oleh Sheila Dara Aisha di versi layar lebarnya. Sementara, Dion Wiyoko tetap memerankan tokoh Jonathan.
“Karakter Jo (Jonathan) di versi film jauh lebih kompleks. Pendalaman emosinya lebih terasa,” ujar Dion dalam wawancara yang disiarkan kanal YouTube CGV Kreasi.
Soundtrack dan Visual Memikat Penonton Muda
Tak hanya cerita, aspek audio visual juga mendapat sorotan. Lagu tema “Terbuang dalam Waktu” yang dinyanyikan Barasuara berhasil mencetak prestasi dengan menduduki peringkat Top 1 Chart Viral 50 Indonesia di Spotify.
Dukungan Pemerintah untuk Perfilman Nasional
Mengacu data Lembaga Sensor Film (LSF), jumlah penonton film Indonesia sepanjang 2025 telah mencapai lebih dari 80 juta orang. Irene Umar menilai tren ini menunjukkan meningkatnya kepercayaan publik terhadap kualitas film dalam negeri.
“Kemenparekraf siap mendukung sineas Indonesia untuk menciptakan karya yang tidak hanya ditonton, tetapi juga membawa pesan dan nilai,” tegasnya.
Ia juga menyoroti tema unconditional love dan kesempatan kedua dalam hidup yang diangkat dalam film ini sebagai narasi yang menyentuh dan membumi.
Kolaborasi Luas untuk Menghidupkan Ekosistem Kreatif
Film ini disutradarai oleh Yandy Laurens dan diproduksi bersama berbagai kolaborator kreatif seperti Miles Films, Imajinari, Slingshot Pictures, Studio Artemis, hingga brand lokal seperti SukkhaCitta, HMNS, dan Artotel Wanderlust.
Produser Suryana Paramita mengungkapkan kebahagiaannya atas antusiasme penonton.
“Film ini lahir dari kerja kolaboratif lintas bidang. Kami ingin menunjukkan bahwa film bukan hanya karya seni, tapi juga penggerak ekosistem kreatif nasional,” ujarnya.