ULANDA.ID – Sambal menjadi salah satu warisan kuliner Nusantara yang tak lekang oleh waktu. Sejak generasi ke generasi, sambal hadir melengkapi berbagai hidangan tradisional Indonesia dengan rasa pedas khas yang menggugah selera.
Kata “sambal” berasal dari Bahasa Jawa Kuno sambĕl, yang berarti “dihancurkan” atau “dilumatkan”, merujuk pada proses tradisional menumbuk rempah-rempah.
Bukti arkeologis menunjukkan masyarakat Jawa telah mengenal bahan pedas untuk membuat sambal sejak abad ke-10, era Kerajaan Mataram, menggunakan cabai lokal (piper retrofractum), lada, dan jahe.
Manuskrip Serat Centhini pada abad ke-16 juga mencatat berbagai varian sambal sebagai bagian budaya Jawa Kuno. Kedatangan cabai dari Portugis menambah referensi sejarah sambal di Indonesia, menjadikannya lebih beragam.
Saat ini, setiap daerah di Indonesia memiliki sambal khas yang mencerminkan identitas lokal. Sambal terasi, misalnya, memadukan cabai dengan terasi fermentasi, menghadirkan aroma kuat dan rasa pedas gurih, cocok dipadukan dengan ikan goreng atau sayur rebus.
Sambal matah khas Bali dibuat dari bahan mentah seperti bawang merah, cabai, dan serai segar, ideal untuk menemani ikan bakar, ayam suwir, atau sate lilit.