ULANDA.ID – Pemerhati sosial budaya dan Hukum, Ican Nento, S.H., C.L.A., menyampaikan kritik keras terhadap tulisan Kevin Sairullah yang menuding tradisi Walima sebagai “festival sampah ironis.”
Menurut Ican, pandangan Kevin tersebut tidak hanya menyesatkan, tetapi juga mengaburkan makna Walima sebagai ibadah syukur masyarakat Gorontalo.
“Kevin ini sebenarnya datang ke Walima untuk berdoa atau sekadar menghitung plastik bekas? Jangan-jangan ia lebih menikmati bau sampah daripada aroma ilabulo yang baru keluar dari tungku,” sindir Ican dengan nada tegas, Jumat.
Ican menegaskan, Walima merupakan wujud rasa syukur yang diwariskan secara turun-temurun dan tidak bisa dipersempit menjadi isu sampah semata. Ia menilai generalisasi Kevin sangat keliru, karena hanya mengambil satu fenomena sampah lalu menuding seluruh rangkaian Walima rusak maknanya.
“Kalau ada satu orang makan sampai lima piring, apakah lantas Walima kita sebut pesta kerakusan massal? Itu logika menyesatkan,” ujarnya.
Ia juga menantang cara berpikir Kevin yang dianggap terlalu berlebihan dalam memandang isu lingkungan. “Kalau logika itu dipakai, pesta pernikahan, ulang tahun anak-anak, bahkan acara syukuran apa saja sebaiknya dilarang, karena semua pasti menghasilkan sampah,” kata Ican.
Lebih lanjut, Ican mempertanyakan motivasi Kevin menulis opini tersebut. Ia menilai tulisan itu lebih cenderung provokatif ketimbang edukatif.