ULANDA.ID – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, fenomena tak biasa terjadi di sejumlah wilayah: pengibaran bendera bertema anime One Piece menggantikan posisi bendera merah putih di berbagai sudut kota hingga lingkungan permukiman. Kejadian ini menuai sorotan serius dari Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad.
Menurut Dasco, maraknya pengibaran bendera One Piece bukan sekadar ekspresi budaya pop generasi muda, melainkan berpotensi menjadi bagian dari gerakan sistematis yang dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
“Ada indikasi bahwa ini bukan gerakan spontan. Kita patut mewaspadai kemungkinan adanya pihak-pihak yang ingin memecah belah bangsa melalui simbol-simbol budaya asing,” tegas Dasco di Jakarta, Sabtu (2/8).
Seruan Nasional untuk Menjaga Simbol Negara
Dasco meminta seluruh elemen masyarakat, termasuk pemerintah daerah, aparat keamanan, hingga tokoh masyarakat, untuk bersama-sama menertibkan aksi pengibaran bendera asing yang tidak sesuai dengan konteks kebangsaan, terlebih menjelang perayaan HUT Kemerdekaan RI.
“Kami mengimbau masyarakat agar mengibarkan Bendera Merah Putih di setiap rumah, bukan simbol dari karakter fiksi asing. Ini momentum sakral yang harus dijaga,” ujar politisi Partai Gerindra tersebut.
Popularitas One Piece di Kalangan Generasi Muda
Anime One Piece, yang berasal dari Jepang, memang memiliki basis penggemar yang luas di kalangan remaja dan dewasa muda Indonesia. Namun, pengalihan simbol nasionalisme ke arah budaya populer asing dinilai dapat menggerus nilai-nilai kebangsaan jika tidak disikapi secara bijak.
Fenomena pengibaran bendera Jolly Roger—simbol khas kelompok bajak laut dalam anime One Piece—telah ditemukan di sejumlah titik, termasuk di sekolah, gang pemukiman, hingga kendaraan pribadi.
Imbauan Bijak dalam Mengonsumsi Budaya Populer
Pemerintah dan DPR mengingatkan bahwa konsumsi budaya asing tidak dilarang, tetapi harus dibarengi dengan kesadaran nasionalisme. Menurut Dasco, semangat kebangsaan harus tetap menjadi prioritas utama, terutama dalam momentum peringatan kemerdekaan.
“Jangan sampai generasi muda kehilangan arah hanya karena terlalu larut dalam budaya luar,” pungkasnya.
