Ulanda.id – Gus Miftah Mundur Usai Kontroversi ‘Hina Pedagang Es Teh – Gus Miftah, tokoh agama yang selama ini dikenal sebagai Utusan Presiden untuk urusan keagamaan dan toleransi, resmi mengundurkan diri dari jabatannya. Langkah ini diambil setelah muncul desakan kuat dari masyarakat yang menilai pernyataan Gus Miftah baru-baru ini merendahkan pedagang es teh, memicu gelombang kritik tajam di media sosial.
Kontroversi bermula dari sebuah video yang beredar luas, memperlihatkan Gus Miftah dalam sebuah ceramah yang dianggap melecehkan profesi pedagang es teh. Dalam potongan video tersebut, Gus Miftah diduga mengatakan bahwa menjadi pedagang es teh bukanlah pekerjaan yang membanggakan, sebuah pernyataan yang langsung memancing amarah netizen.
Warganet beramai-ramai menuntut Gus Miftah meminta maaf dan mempertanyakan kelayakannya sebagai perwakilan pemerintah. Tagar #GusMiftahHinaEsTeh bahkan menjadi trending topic selama beberapa hari terakhir.
Dalam pernyataan resmi yang dirilis melalui akun media sosial pribadinya, Gus Miftah menyatakan permintaan maaf kepada masyarakat, khususnya kepada para pedagang es teh yang merasa tersinggung. Ia juga menjelaskan bahwa pernyataan tersebut diambil di luar konteks dan tidak bermaksud merendahkan profesi apa pun.
“Saya menyadari bahwa pernyataan saya telah menyinggung banyak pihak. Sebagai tokoh agama, saya seharusnya lebih berhati-hati dalam memilih kata. Dengan penuh kesadaran, saya mengundurkan diri sebagai Utusan Presiden untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap institusi ini,” tulis Gus Miftah.
Baca Juga : APBD Gorontalo 2025 Turun, Pembangunan Hadapi Tantangan Berat
Istana Negara melalui juru bicaranya, Ujang Komarudin menyampaikan apresiasi atas dedikasi Gus Miftah selama menjabat, tetapi menegaskan bahwa pemerintah menghormati keputusan tersebut. “Kami berkomitmen untuk menjaga harmoni dan menghargai setiap profesi di Indonesia,” ujar juru bicara Presiden.
Keputusan mundurnya Gus Miftah mendapat beragam tanggapan dari masyarakat. Sebagian pihak memuji langkah ini sebagai bentuk tanggung jawab moral, sementara yang lain tetap menyayangkan pernyataan kontroversialnya.
Kontroversi ini menjadi pengingat bahwa setiap figur publik harus berhati-hati dalam berucap, mengingat dampaknya yang dapat meluas dan memengaruhi kepercayaan masyarakat.
Selain itu, sejumlah organisasi pedagang kecil, termasuk komunitas pedagang es teh yang merasa terwakili, mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden ini. Mereka menyatakan kekecewaan atas ucapan Gus Miftah yang dianggap merendahkan pekerjaan yang mereka jalani dengan penuh perjuangan.
“Kami para pedagang es teh adalah bagian dari perekonomian rakyat. Pekerjaan ini halal dan menjadi tumpuan hidup banyak keluarga. Kami berharap tokoh publik, termasuk Gus Miftah, dapat lebih menghormati pekerjaan kami,” ungkap seorang perwakilan komunitas pedagang es teh dalam konferensi pers di Jakarta.
Namun, ada pula pihak yang meminta masyarakat tidak terlalu cepat menghakimi. Para pendukung Gus Miftah menilai bahwa pernyataannya telah disalahartikan, dan kontribusi positifnya selama menjabat sebagai Utusan Presiden tidak bisa diabaikan begitu saja.
“Gus Miftah telah melakukan banyak hal baik dalam mempromosikan toleransi antarumat beragama dan membantu masyarakat di berbagai kesempatan. Kita semua manusia yang bisa saja keliru, mari kita jadikan ini sebagai pelajaran bersama,” ujar salah satu simpatisannya dalam unggahan media sosial.
Para pengamat politik dan sosial melihat keputusan mundur Gus Miftah sebagai langkah strategis untuk meredakan situasi yang memanas. Beberapa di antaranya juga menilai bahwa kasus ini mencerminkan semakin besarnya tekanan publik terhadap pejabat atau tokoh publik di era media sosial.
“Di era digital ini, masyarakat sangat mudah menyuarakan pendapat mereka, dan tekanan publik dapat memengaruhi karier seseorang secara signifikan. Kasus Gus Miftah adalah salah satu contoh bagaimana publik figur harus ekstra hati-hati dalam bertutur,” kata Devie Rahmawati, pengamat sosial dari Universitas Indonesia.
Kini, pertanyaan yang tersisa adalah siapa yang akan menggantikan posisi Gus Miftah sebagai Utusan Presiden. Hingga saat ini, pihak Istana belum memberikan pernyataan resmi mengenai pengganti yang akan ditunjuk untuk mengemban tugas tersebut. namun presiden Prabowo Subianto dihadapan wartawan berjanji akan meminta pendapat dari para majelis ulama indonesia dan vberbagi pihak terkait usulan sertifikasi pendakwah.
Meski begitu, kasus ini diharapkan menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, baik tokoh publik maupun masyarakat luas, untuk lebih menjaga komunikasi yang menghargai keberagaman profesi dan kontribusi setiap individu di Indonesia./cW81