ULANDA.ID — Duta Besar Amerika Serikat untuk Turki, Tom Barrack, mengumumkan bahwa Israel dan Suriah telah mencapai kesepakatan gencatan senjata menyusul konflik mematikan di wilayah Sweida, Suriah.
Dalam unggahan di akun resmi X miliknya, @USAMBTurkiye, Sabtu (19/7/2025), Barrack menyebut kesepakatan tersebut dicapai antara Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa.
“Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan langkah penting menuju stabilitas kawasan,” tulis Barrack.
Dukungan Turki dan Yordania dalam Proses Damai
Barrack menyatakan, proses gencatan senjata turut didukung oleh negara-negara tetangga seperti Turki dan Yordania. Kedua negara dianggap memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas regional, terutama karena berbatasan langsung dengan Suriah dan Israel.
“Kami menyerukan kepada semua komunitas—Druze, Badui, dan Sunni—untuk menghentikan konflik bersenjata dan bersama membangun identitas nasional Suriah yang inklusif dan damai,” lanjut Barrack.
Konflik Berdarah di Sweida Tewaskan Ratusan Orang
Bentrokan di Sweida, wilayah selatan Suriah yang dihuni mayoritas Druze, pecah pada Minggu (13/7/2025) setelah beredarnya laporan penculikan terhadap seorang pedagang lokal. Kontak senjata antara pejuang Druze dan kelompok Bedouin menyebabkan setidaknya 600 orang tewas.
Militer Suriah segera diterjunkan untuk mengendalikan situasi dan memulihkan ketertiban di wilayah tersebut.
Israel Serang Damaskus, Klaim Bela Komunitas Druze
Pada Rabu (16/7/2025), Israel melancarkan serangan udara ke ibu kota Suriah, Damaskus. Pemerintah Israel mengklaim bahwa operasi tersebut dilakukan demi melindungi komunitas Druze di Suriah yang memiliki hubungan historis dengan komunitas Druze di Israel.
“Israel memiliki tanggung jawab moral terhadap komunitas Druze, baik di dalam negeri maupun di negara tetangga,” ujar juru bicara pemerintah Israel dalam pernyataan resminya.
Kesimpulan: Gencatan Senjata Jadi Harapan Baru Perdamaian Regional
Gencatan senjata antara Israel dan Suriah membawa harapan baru bagi stabilitas kawasan Timur Tengah. Dukungan diplomatik dari negara-negara seperti Turki dan Yordania dipandang sebagai faktor kunci dalam meredakan ketegangan yang sudah berlangsung lama.