Belakangan, bisnis properti tak lagi seksi karena dinilai mahal, rumit, dan memakan waktu. Akan tetapi, di tengah menurunnya minat properti, Josshhua Abraham Sutanto justru tetap melangkah.
Bukan karena keras kepala, tapi karena ia tahu satu hal yang tidak banyak disadari orang: selama ada sistem yang tepat, properti tetap bisa jadi mesin penghasil cuan yang konsisten.
Realita Baru Dunia Properti: Tidak Lagi Sekadar Investasi “Pasti Untung”
Banyak yang berpaling dari properti. Margin sempit, biaya operasional tinggi, dan tingkat risiko manajerial yang tak kecil membuat industri ini terlihat kurang menjanjikan dibanding instrumen lain seperti saham atau kripto.
Josshhua memahami kekhawatiran itu. Ia sendiri pernah mengalami kejatuhan saat bisnisnya tidak memiliki arus kas harian yang stabil, meski secara nilai aset tergolong besar. Bank pun menolak pengajuan pinjamannya.
Dari situlah ia menyadari, yang dibutuhkan bukan sekadar aset besar, tapi arus kas yang sehat, sistem yang tertata, dan mindset yang tepat.
Kenapa Masih Bertahan?
Jawabannya sederhana: karena masalah di properti bukan pada produknya, tapi pada caranya.
Josshhua sudah mencoba berbagai pendekatan. Ia membuktikan sendiri bahwa pendapatan besar tidak berarti stabil jika tidak ada sistem. Dan passive income pun bisa jadi jebakan jika tidak didukung manajemen yang matang.
Itulah yang membuatnya terus menggali, menyusun sistem, dan akhirnya mengembangkan konsep “My Passive Cash Profit”—bukan sekadar passive income, tapi sistem profit otomatis yang mengalir, terukur, dan bisa bertahan dalam berbagai kondisi.
Framework 5D a la Josshhua
Semua kegagalan di dunia properti yang telah ia hadapi, dari pengelola yang curang sampai sistem manual yang tidak akurat, justru menjadi bahan bakar bagi Josshhua untuk menyusun framework kerjanya sendiri yang ia beri nama 5D : 1) Dream: berani menetapkan tujuan besar, 2) Delete: singkirkan aktivitas dan kebocoran yang tidak efisien, 3) Digitize: sistemisasi & otomasi alur kerja, 4) Delegate: distribusikan peran sesuai fungsi, 5) Distinctive: jadikan properti Anda punya nilai unik di pasar
Framework ini menjadi dasar dari sistem AutoScale Growth, sebuah pendekatan properti yang tidak lagi mengandalkan kehadiran pemilik, tapi justru dirancang untuk berjalan sendiri secara efisien.
Automation Bukan Teknologi, Tapi Cara Pikir
Menurut Josshhua, banyak orang salah kaprah soal otomasi. Mereka mengira membeli software akan menyelesaikan masalah.
Padahal, jika sistemnya belum rapi, otomasi justru mempercepat kekacauan.
Karena itu, AutoScale Growth dimulai dari mindset. Tujuannya bukan cuma punya aset banyak, tapi bagaimana membuat aset itu bekerja, bertumbuh, dan menghasilkan cashflow jangka panjang tanpa ketergantungan pada kehadiran pemilik.
Hari ini, Josshhua aktif membagikan pengalamannya lewat seminar dan webinar Property AutoScale Mastery, membantu pemilik properti dari berbagai kota untuk menyusun sistem, membangun cashflow, dan bertumbuh lebih efisien.
Bukan karena ia selalu berhasi, justru karena ia pernah gagal, dan iat terus belajar untuk memperbaiki diri.
Properti Tak Lagi Sekadar Soal Investasi
Bagi Josshhua, properti bukan soal besar-kecil aset. Tapi bagaimana aset itu bisa memberikan waktu, ruang, dan ketenangan hidup. Ia percaya, ketika sistem sudah bekerja, pemilik bisa kembali mengurus hal-hal yang lebih penting: keluarga, kesehatan, dan pertumbuhan diri.
“Kalau hari ini orang-orang menjauh dari properti, bukan berarti industrinya mati. Mungkin mereka belum menemukan sistem yang tepat. Dan di situlah saya ingin membantu,” ujarnya.
**Klik Channel WhatsApp Ulanda.id untuk membaca berita pilihan menarik lainnya langsung di ponselmu.
Artikel ini telah tayang di VRITIMES