ULANDA.ID — Peluncuran logo baru Gorontalo Half Marathon (GHM) 2025 yang digelar Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Provinsi Gorontalo pada Rabu (23/7/2025) memicu perdebatan luas di tengah masyarakat.
Logo yang semestinya membangkitkan semangat olahraga justru kembali dikritik karena dianggap menyerupai ikan lele, bukan menggambarkan pelari atau ikon lokal hiu paus.
Peluncuran ini merupakan respons atas tudingan plagiat terhadap desain sebelumnya. Namun, revisi yang diharapkan menyelesaikan persoalan, justru menimbulkan kontroversi baru di ruang digital.
Sejumlah akun media sosial menyoroti bentuk visual logo yang dianggap tidak menggambarkan semangat kompetisi olahraga lari. Akun Instagram @mowaleaf menyindir, “Lele ini uti, bukang ti Sherly,” menilai bentuk logo lebih mirip ikan lele daripada pelari.
Akun @rizkydjamuria menulis, “Ti Sherly ba dusu orang lari,” menyiratkan bahwa figur dalam logo tampak seperti mengejar orang, bukan berlari.
Sementara itu, akun @sofyanbalu01 menambahkan kritik tajam: “Logo koprol, logo tidak kreativ… bo ikan lele ada dusu ini pelari… huuu dorang yang bekeng logo, 1 Gorontalo yang malu huangee.”
Tanggapan akademik datang dari Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Noval Sufriyanto Talani, yang juga dikenal sebagai pakar desain komunikasi visual. Ia menduga logo tersebut merupakan stilasi dari hiu paus, satwa khas perairan Gorontalo.
Namun, menurut Noval, desain itu kehilangan karakter visual utama dari hiu paus, seperti bintik-bintik pada kulitnya. “Penyederhanaan bentuk memang bisa jadi strategi desain, tapi tanpa elemen khas, publik justru melihat logo ini seperti ikan lele,” ujar Noval, Jumat (25/7/2025).
Ia menambahkan bahwa meskipun kepala hiu paus memang pipih, perbedaan visual yang membedakannya dari ikan lele semestinya tetap ditampilkan agar tidak menimbulkan interpretasi yang keliru.
Kepala Dispora Provinsi Gorontalo, Danial Ibrahim, ketika dihubungi melalui sambungan telepon, menegaskan bahwa logo tersebut tidak menggambarkan ikan lele, melainkan hiu paus sebagai ikon wisata bahari Gorontalo. “Itu hiu paus, bukan ikan lele,” ujar Danial.
Menanggapi kritik yang berkembang di media sosial, Danial menyatakan bahwa publik berhak menafsirkan logo dari berbagai sudut pandang.
Kontroversi logo GHM 2025 menjadi catatan penting bagi penyelenggara kegiatan olahraga di daerah. Branding sebuah acara tidak hanya menuntut sisi estetika, tetapi juga kejelasan makna serta keterhubungan dengan identitas budaya lokal.
Logo sebagai wajah dari sebuah event harus mampu merepresentasikan nilai-nilai sportivitas, semangat, dan kekhasan daerah. Evaluasi terhadap elemen visual seperti ini menjadi penting agar tidak mencederai kepercayaan publik.