ULANDA.ID I Kota Gorontalo – Momen Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) umumnya diisi dengan berbagai kegiatan seremonial. Berbeda dari biasanya, di Provinsi Gorontalo, Jaringan Ativis Perempuan Dan Anak yang tergabung dalam beberapa organisasi mengisi perayaan Hardiknas demgan menggelar aksi damai di depan Polda Gorontalo. Jumat (2/5/2025).
Aksi ini dilakukan karena banyaknya kekerasan seksual yang terjadi bahkan sampai merambah ke sektor pendidikan yang ada di Provinsi Gorontalo.
Salah satu pemicu dari aksi tersebut lantaran adanya dugaan terhadap mantan rektor di Perguruan Tinggi (PT) yang terlibat dalam kasus kekerasan seksual di Provinsi Girontalo.
Salah satu aktivis Jejak Puan saat dikonfirmasi terkait aksi mereka tersebut menyampaikan kalau aksi mereka merupakan bentuk dari penolakan terhadap kekerasan terhadap perempuan.
Jadi ini aksi damai, (Bentuk) kemarahan dari kasus kekerasan seksual yang masih mangkrak di Provinsi Gorontalo, ucap Mega Mokoginta.
Menurutnya, tidak jelasnya penanganan kasus kekerasan terhadap perempuan itu membuat mereka harus kembali turun ke jalan.
Hari ini, tuntutannya adalah meminta keadilan beberapa kasus kekerasan seksual yang masih ada di Polda dan belum jelas penanganannya seperti apa, jelas Mega awak media.
Melalui Hardiknas yang diperingati hari ini, aktivis Jejak PUAN menuntut untuk menyelesaikan kasus terhadap perempuan.
Iya, sudah satu tahun. Kebetulan pada tahun 2024 kemarin, kami juga buat aksi damai ya, mengenai tuntutan beberapa kasus kekerasan seksual yang terjadi di Gorontalo, maupun dari sektor pendidikan dan perguruan tinggi, sekolah, pekerja, dan kami tuntut secara keadilannya, dan hari ini salah satu kasus yang kami kawal itu belum mendapatkan keadilan korbannya. Tutur Mega.
Harapannya, hasil dari aksi Jejak PUAN dapat memberikan dampak yang signifikan di lingkungan masyarakat dalam menurunkan tingkat kekerasan terhadap perempuan di Provinsi Gorontalo.
Bahkan harapan kami adalah, kami ingin mengajak semua masyarakat, elemen masyarakat, media, aktivis-aktivis perempuan, untuk bersama menuntut keadilan, agar Gorontalo itu dipandang sebagai provinsi yang ramah terhadap perempuan dan anak, jelas aktivis Mega yang pernah menjadi ketua Kohati.
**Klik Channel WhatsApp Ulanda.id untuk membaca berita pilihan menarik lainnya langsung di ponselmu.