ULANDA.ID — Ribuan warga Palestina di Gaza kembali menjadi korban dalam insiden tragis saat mereka mengantre bantuan kemanusiaan. Serangan dari pasukan Israel menewaskan dan melukai sejumlah warga, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Insiden ini terjadi di salah satu pos distribusi bantuan yang dikelola pasukan Israel dan mitra internasionalnya. Bukannya menerima pasokan kebutuhan pokok, warga justru disambut rentetan tembakan dan ledakan.
Sejumlah saksi mata menyebutkan bahwa lokasi penyaluran bantuan tersebut seolah berubah menjadi “perangkap kematian”, dengan puluhan korban jatuh hanya dalam hitungan menit. Hingga saat ini, belum ada laporan resmi terkait jumlah korban jiwa secara keseluruhan.
Militer Israel menyatakan bahwa tindakan tersebut ditujukan untuk membubarkan individu yang dianggap mencurigakan dan mendekati posisi strategis militer. Namun, mayoritas korban tercatat sebagai warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.
Sejak pecahnya kembali konflik pada Oktober 2023, lebih dari 56.000 warga Palestina dilaporkan tewas akibat serangan udara dan darat di Jalur Gaza. Laporan lembaga kemanusiaan internasional menyoroti bahwa sebagian besar korban merupakan kelompok rentan.
Seruan internasional untuk gencatan senjata terus bergema, namun hingga kini belum menghasilkan solusi konkret. PBB dan berbagai organisasi hak asasi manusia mendesak dilakukannya penyelidikan menyeluruh terhadap pelanggaran yang terjadi.
Pada November 2024, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di wilayah Gaza.