ULANDA.ID — Setelah Resmi meraih gelar doktor rabu kemarin di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Anggota Dprd Provinsi Gorontalo dari Fraksi PDI Perjuangan, Espin Tulie, kembali tunaikan tanggung jawabnya sebagai wakil rakyat, melaksanakan kegiatan reses masa sidang III tahun 2024–2025 di Desa Tuladenggi, Kecamatan Telaga Biru, Rabu (25/6/2025).
Bukan sekedar agenda rutin seremoni, namun menjadi ruang berdialog langsung antara wakil rakyat dan masyarakat yang diwakilinya. Warga dari berbagai kalangan hadir, mulai dari Kepala Desa Tuladenggi, Kapolsek Telaga Biru, tokoh masyarakat, perangkat desa, hingga pemuda desa.
Dalam sambutannya, Dr. Espin menekankan pentingnya pelaksanaan reses tatap muka meski dalam situasi keterbatasan anggaran daerah.
“Sangat bersyukur mendapat kesempatan kembali melaksanakan reses tatap muka dengan konstituen di tengah efisiensi anggaran,” ucap Espin.
Bagi Espin, reses bukan sekadar kewajiban formal, melainkan momen penting untuk menyerap langsung persoalan yang dihadapi masyarakat dan menyampaikannya ke ruang-ruang kebijakan.
Dialog malam itu mencerminkan kebutuhan riil warga. Aspirasi mendesak disampaikan terkait ambruknya jembatan penghubung antara Desa Tuladenggi dan Ulapato B akibat banjir pada Mei lalu. Warga berharap pemerintah segera mengalokasikan anggaran untuk perbaikan agar aktivitas dan perekonomian desa tak terganggu lebih lama.
Selain itu, warga juga mengusulkan bantuan ternak sapi serta modal awal untuk koperasi desa yang belum berjalan maksimal.
“Aspirasi yang disampaikan adalah perbaikan jembatan yang ambruk, bantuan ternak sapi, dan modal awal untuk koperasi desa,” terang Espin.
Kepala Desa Tuladenggi, Johan Panigoro, dalam pernyataannya, menyampaikan apresiasi atas komitmen Espin Tulie dalam mengawal berbagai kebutuhan masyarakat, bahkan di luar masa kampanye.
“Atas nama pemerintah desa dan masyarakat Tuladenggi, kami sangat mengapresiasi Ibu Espin yang sudah banyak membantu kami,” ujar Johan.
Ia juga menyampaikan aspirasi warga lainnya, yakni kebutuhan untuk pemeliharaan Lapangan Telaga Biru, yang menjadi sarana penting bagi aktivitas olahraga dan pembinaan pemuda di wilayah tersebut.
Namun, lebih dari sekadar infrastruktur dan ekonomi, Espin juga menyoroti satu hal fundamental: pentingnya pendidikan.
“Pendidikan adalah investasi jangka panjang. Kita ingin anak-anak di desa punya masa depan yang lebih baik, dan itu hanya bisa terjadi kalau mereka diberi akses belajar yang memadai,” ujarnya.
Ia menekankan bahwa kemajuan desa tidak hanya diukur dari fisik pembangunan, tetapi juga dari kemampuan berpikir dan daya saing generasi mudanya.
Reses malam itu menjadi potret nyata bagaimana warga desa menghadapi tantangan klasik seperti infrastruktur rusak, kemandirian ekonomi yang belum stabil, dan akses pendidikan yang belum merata. Di sinilah, menurut Espin, kerja politik menemukan makna sejatinya: menghadirkan solusi konkret, bukan sekadar janji.
